Pertanyaan:
Dokter yang budiman, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan yang masih menjadi tanda tanya bagi saya semenjak lama. Kenapa ada kategorisasi penyakit hepatitis itu menjadi beberapa kategori: hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C, padahal kan semuanya menyerang hati/live (CMIIW). Mohon penjelasannya.
Kemudian, penyakit hepatitis B itu katanya yang paling bahaya? Apakah benar?
Mengenai sirosis, apakah maksudnya? Apakah sirosis disebabkan oleh penyakit hepatitis B?
Sebagai seorang muslim, apakah yang mesti kita lakukan untuk mencegah penyakit hepatitis semenjak dini?
Terimakasih Dokter
Dari: Abduh
Jawaban:
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudara Abduh yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebelumnya kami ucapkan terima kasih atas pertanyaan yang Saudara ajukan.
Hepatitis, sebagaimana kita ketahui bersama, adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan adanya kondisi peradangan pada organ hati/liver. Hepatitis berasal dari kata hepar (hati) dan itis (radang). Peradangan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, yang paling sering, infeksi oleh virus kemudian oleh konsumsi alkohol berkepanjangan dalam jumlah banyak, dan juga racun sejenis kacang-kacangan.
Kategori hepatitis A, B, C, dan seterusnya, diterapkan pada kondisi hepatitis akibat infeksi virus. Kategori ini berdasarkan jenis virus yang menyerang, sebab setiap virus yang diidentifikasi menyerang hepar memiliki sifat dan dampak yang berbeda pada hepar itu sendiri, serta penyembuhan dan kemungkinan kondisinya di masa mendatang. Sebagai contoh, virus hepatitis A. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral, biasanya akibat hiegenitas yang buruk. Virus ini menyerang hepar dengan gejala perburukan yang cukup cepat, ditandai dengan demam, mual, muntah, sakit perut. Meskipun demikian, jika diobati dengan tepat, biidznillaah, gejala yang ditimbulkan virus ini dapat sembuh dengan sempurna.
Berbeda dengan hepatitis B, yang virusnya biasanya masuk melalui jalan darah, misalnya pada pengguna NAPZA dengan jarum suntik yang tidak steril, petugas kesehatan yang menangani pasien hepatitis B dengan perdarahan yang banyak dan di tubuhnya ada luka sehingga virus dalam darah pasien tersebut dapat masuk ke dalam tubuhnya, atau melalui jarum suntik atau sayatan pisau apapun yang tidak steril (termasuk pisau bekam). Sifat infeksinya juga awalnya lebih ringan, tidak seberat hepatitis A, namun virusnya dapat bertahan lama dalam hepar dan infeksinya berlangsung kronis atau menahun, dan dapat menyebabkan kerusakan hepar yang berat di kemudian hari, seperti sirosis atau pengerutan hepar.
Apakah hepatitis B paling berbahaya?
Secara umum dapat dikatakan demikian. Hepatitis B merupakan jenis hepatitis dengan spektrum klinis terluas, mulai dari tak bergejala hingga hepatitis keseluruhan hepar (hepatitis fulminan) akut yang berat. Hepatitis B kronis juga dapat menyebabkan sirosis (stadium akhir dari fibrosis atau pengerasan hati akibat tergantinya jaringan yang normal dengan jaringan ikat, sehingga fungsinya pun jauh berkurang), dan kanker hepatoseluler (kanker hati). Infeksi virus hepatitis B juga dapat ditumpangi oleh virus hepatitis lain (virus hepatitis D), dan menyebabkan infeksi yang lebih berat. Metode penyebaran virus ini pun lebih bervariasi, dan bisa ditularkan dari Ibu ke janin, dan melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, misalnya melalui hubungan seksual.
Meskipun demikian, di negara-negara maju, kematian cukup banyak disebabkan oleh sirosis hepar, yang diakibatkan oleh infeksi virus hepatitis C kronis dan penyalahgunaan alkohol kronis.
Lalu, apa itu sirosis?
Cirrhosis hati atau lebih mudah disebut sirosis, adalah kondisi dimana terjadi kerusakan struktur organ hepar yang luas, dimana sel dan pembuluh yang normal di dalam hepar rusak dan digantikan oleh jaringan ikat yang banyak. Cirinya adalah timbulnya nodul regeneratif (semacam benjolan) yang dikelilingi jaringan ikat. Hepar juga tampak berkerut dan mengecil, akibat timbunan jaringan ikat tersebut.
Pada kondisi ini, kerusakan sel-sel hepar biasanya telah berat dan fungsi hepar menjadi sangat berkurang. Komplikasi dari sirosis antara lain meliputi:
– Hipertensi pembuluh portal hepatik. Yaitu pembuluh yang membawa darah dari pembuluh sekitar usus, limpa, dan pankreas ke hepar. Peningkatan tahanan pada hepar menyebabkan darah tidak dapat disuplai sebagaimana mestinya, sehingga tekanan pembuluh portal tersebut meningkat, dan akhirnya membentuk pembuluh darah baru yang langsung memintas hepar dan menuju organ lainnya, misalnya pada lambung pada kerongkongan, namun rentan pecah. Dan jika pecah, dapat menyebabkan pendarahan saluran cerna bagian dalam yang fatal.
– Pembesaran limpa dan peningkatan kerja limpa akibat peningkatan tekanan pembuluh porta. Akibatnya terjadi peningkatan penghancuran sel darah, dan timbullah anemia, penurunan sel darah putih (leukopenia), dan penurunan jumlah platelet tubuh (trombositopenia). Tubuh menjadi lemas, gampang terserang infeksi kuman, dan mudah berdarah.
– Pintas darah yang mengandung racun-racun yang seharusnya dinetralisir di hepar ke dalam sirkulasi darah tubuh, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat/ensefalopati (salah satunya dicirikan dengan penurunan kesadaran sampai koma).
– Asites, yaitu penimbunan cairan abnormal dalam perut, yang berisiko menimbulkan infeksi bakteri pada selaput dinding perut (peritonitis bakterial spontan).
– Gangguan fungsi hepar, yang dicirikan dengan gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, gangguan jantung, dan malabsorpsi vitamin serta lemak.
– Sirosis dapat disebabkan oleh infeksi kronis virus hepatitis B atau C. Selain itu, masih banyak penyebab lain yang dapat memicu terjadinya, seperti alkoholisme, sindrom kelebihan zat besi (hemochromatosis), defisiensi enzim alfa-1 antitripsin, infeksi parasit ecchinococcis, obat-obatan tertentu seperti Isoniazid pada pengobatan TB, methotrexate, methyldopa, tolbutamide, dan lain sebagainya.
Bagaimana pencegahannya?
Bagi seorang muslim, yang meyakini bahwa dosa dan maksiat merupakan salah satu sebab terbesar ditimpakannya penyakit pada dirinya, maka sudah selayaknya kita katakan bahwa pencegahan utama dari segala penyakit adalah dengan meninggalkan dosa dan maksiat sekecil apapun, serta senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala kondisi. Memperbanyak dzikrullah dan senantiasa berdoa memohon kesehatan dan perlindungan dari segala bencana, jangan sampai kita lewatkan atau remehkan.
Di antara tindakan preventif lain yang dapat kita lakukan adalah memperbanyak istighfar serta bershodaqoh ikhlas demi Allah Ta’ala semata dan menjauhi kezhaliman terhadap diri terlebih orang lain sedapat mungkin untuk menghindari doa keburukan dari mereka.
Kami anjurkan penanya yang mulia untuk merujuk pada satu buku yang membahas tentang hal ini disertai dengan dalil yang gamblang dan pemahaman yang memahamkan, yakni buku : “Imunisasi Syariat: Terobosan Inovatif, Menangkal Berbagai Macam Penyakit!” buah karya Al Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, MA- semoga Allah menjaga beliau-.
Adapun secara praktis, Hepatitis dapat dicegah, di antaranya dengan hiegenitas personal yang baik (pada hepatitis A dan E), menghindari cairan tubuh pasien hepatitis B dan C akut, memastikan sterilitas jarum suntik jika akan menggunakannya untuk menyuntikkan obat-obatan bermanfaat pada tubuh, termasuk memastikan sterilitas pisau dan alat bekam serta alat apapun yang akan bersentuhan langsung dengan darah orang lain yang berpotensi mengenai diri kita, dan melakukan skrining hepatitis B dan C (skrining HBs Antigen dan anti-HCV) pada donor transfusi.
Allahu Ta’ala a’lam, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dijawab oleh dr. Hafidz N (Pengasuh Rubrik Kesehatan Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com